Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun terbit : 2008
Tebal Buku : 270 halaman
Harga : Rp 46.000
PENDAHULUAN :
1. Kisah Sang Penandai
2. Ayahku (Bukan) Pembohong
3. ELIANA, Serial Anak2 Mamak
4. Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin
5. PUKAT, Serial Anak2 Mamak
6. BURLIAN, Serial Anak Mamak
7. Hafalan Shalat Delisa
8. Moga Bunda Disayang Allah
9. Bidadari-bidadari Surga
10. Rembulan Tenggelam di Wajahmu
11. Senja Bersama Rosie
12. Mimpi-mimpi si Patah Hati
13. Cintaku Antara Jakarta & Kualalumpur
14. The Gogons Series 1
Resensi Novel :
Novel ini menceritakan Delisa seorang
gadis berumur 6 tahun yang tinggal di Lhok-Nga Aceh bersama Ummi Salamah,
kak Fatimah, kak Zahra dan kak Aisyah. Sedangkan Abi Usman jarang
berada dirumah karena ada pekerjaan yang mengharuskan abi Usman pergi
dari satu kota ke kota yang lainnya.
Keluarga kecil tersebut hidup dengan
sangat bahagia dan harmonis. Setiap pagi, Ummi Salamah selalu
membangunkan malaikat kecil untuk shalat subuh berjamaah. Kak Zahra dan Kak Fatimah yang biasanya membangunkan Delisa untuk shalat, karena
Delisa sangat sulit bangun pagi.
Setiap shalat berjamaah, Ummi Salamah
selalu menjadi iman dan kak Aisyah selalu mendapatkan tugas untuk
membaca bacaan shalat dengan keras agar Delisa dapat mengikuti bacaan
shalat tersebut. Pagi hari setelah matahari terbit dengan cantiknya di
Lhok-Ngah, Aceh Ummi Salamah berjanji memberikan kalung apabila Delisa
berhasil menghafal bacaan shalat dengan khusyu.
26 Desember 2004
Namun, ketika Delisa sedang
menghafal bacaan shalat tersebut tiba-tiba gempa datang lalu disusul
dengan datangnya air laut yang pada saat itu langsung meluluhkan kota
Lhok-Ngah hanya dalam beberapa menit. Awalnya Delisa mengabaikan gempa dan air yang tiba-tiba datang ke sekolah tersebut. Delisa ingin menyempurnakan bacaan shalatnya saat itu juga. Delisa ingin khusyu shalat kepada Allah karena selama shalat Delisa tidak pernah khusyu.
Setelah bencana tersebut berhasil
menyapu seluruh kota Lhok-Ngah, banyak warga yang hilang termasuk
seluruh keluarga Delisa. Ummi Salamah, Kak Fatimah, Kak Zahra & Kak
Aisyah pun ikut tewas dalam bencana tersebut. Sedangkan Delisa hilang
tersapu oleh derasnya ombak tsunami yang datang.
Selama dua minggu terbaring lemah diantara semak-semak. Ketika itu Delisa terbaring di sebelah mayat Tiur. Tiur adalah sahabat Delisa. Sebelumnya ketika Delisa tidak sadarkan diri Delisa bermimpi. dia berada di sebuah taman yang sangat indah. Di taman ada sebuah gerbang. Ketika itu Delisa duduk di sebuah kursi dekat gerbang itu. Selagi Delisa duduk di kursi itu, Delisa melihat Ummi, Kak Fatimah, Kak Aisyah, Kak Zahra dan Tiur memasuki gerbang tersebut. Delisa ingin masuk ke gerbang itu namun tidak bisa. Delisa tidak bisa bangkit dari tempat duduknya dan dia pun berteriak, walaupun teriakannya itu tidak dapat di dengar oleh siapapun disana.
Setelah beberapa hari Delisa dikabarkan
hilang, tim SAR yang membantu mengevakuasi kota Lhok-Ngah menemukan
Delisa dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Delisa dibawa ke rumah
sakit terdekat untuk diperiksa. Tak lama Delisa diperiksa oleh suster
Shopia, Delisa pun sadar dan mengetahui bahwa kakinya harus diamputasi.
Abi Usman yang mengetahui bencana yang
terjadi di Aceh, langsung buru-buru pulang untuk mencari keluarga
kecilnya tersebut. Abi Usman mengambil jatah cutinya entah untuk berapa lama. Setelah lalu lalang mencari keluarganya, sang
tetangga yang bernama Koh Acan memberitahu bahwa Ummi Salamah, Kak Fatimah, Kak Zahra & Kak Aisyah sudah tewas dalam bencana. Abi Usman menangis terisak
mendengar kabar buruk itu. Sang tetangga juga memberi tahu bahwa Delisa
hilang ketika tsunami terjadi hari minggu pagi tersebut. Abi Usman masih
mempunyai semangat untuk mencari satu malaikat kecilnya yang mungkin
saja masih hidup pada saat itu.
Beberapa hari abi Usman mencari Delisa,
akhirnya abi Usman berhasil menemukan Delisa setelah melihat berita di
tv. Tanpa pikir panjang, abi Usman langsung menghampiri Delisa dan
bersyukur melihat Delisa selamat dari kejadian itu. Ketika Delisa sadar, Delisa langsung menanyakan dimana keberadaan Ummi, Kak Fatimah, Kak Aisyah, Kak Zahra serta Ibu Guru Nur. Namun Abi bingung harus menjawab apa. Abi tidak tega kalau harus menyatakan bahwa Ummi, Kak Fatimah, Kak Zahra, Kak Aisyah dan Ibu Guru Nur sudah meninggal. Namun setelah beberapa minggu setelah tsunami
di Aceh, Delisa menemukan mayat Ummi Salamah.
Saat itu, Delisa tersadar bahwa
keikhlasan lah yang mampu membuat Delisa mampu menghafal bacaan shalat.
Bukan untuk kalung tersebut namun untuk mendoakan umi Salamah, kak
Fatimah, kak Zahra & kak Aisyah di surga.
Menurut saya novel ini bagus untuk dibaca karena disini diceritakan perjuangan seorang anak kecil yang ketika itu belum dapat menghafal seluruh bacaan shalatnya. Ketika itu sang ibu pun berkata bahwa kalau Delisa hafal bacaan shalatnya maka ia akan dibelikan kalung. Setelah sang ibu berkata seperti itu Delisa pun jadi terpacu untuk menghafal bacaan shalatnya lebih giat. Namun semua itu berubah ketika gempa tsunami melanda Aceh. Sang ibu meninggal terbawa arus sungai dan ketika itu Delisa selamat. Ketika itu pula semua hafalan shlata yang pernah dihafalnya hilang. Dia tidak ingat apapun tentang hafalan shalat tesebut. Namun akhirnya dia sadar apa hal yang membuatnya lupa akan semua bacaan shalat tersebut. Hal tersebut adalah dia menghafalkan bacaan shalat hanya karena hadiah, bukan keinginan dari hati. Kalau kita menginginkan sesuatu dari hati kita sendiri maka itu akan lebih mudah, kalau bukan dari hati maka hal yang kita inginkan itu akan menjadi hilang. Selain itu didalam melaksanakan suatu hal harus dilandaskan dengan keikhlasan agar apapun yang kita lakukan diridhai oleh Allah swt.
Menurut saya kelemahan dari novel ini adalah awal dari alur yang menurut saya tidak menarik namun di semakin kebelakang alur tersebut semakin menarik dan menjadi sebuah teka-teki apakah diakhir Delisa mampun menghafal bacaan shalatnya atau tidak. Dan saya merekomendasikan kalian semua untuk membaca novel ini :D