Now Playing

Sabtu, 30 Maret 2013

Biografi Justin Bieber


Justin Drew Bieber, lahir di sebuah kota di Kanada yang disebut London pada tanggal 1 Maret 1994 pukul 12.56. Justin tumbuh di sebuah kota kecil yang disebut Stratford. Justin berasal dari keluarga miskin dimana dia dibesarkan oleh sang ibu yang bernama Pattie. Dari kecil Justin tidak pernah merasakan hidup serba mewah. Justin selalu membantu ibunya untuk mencari uang agar mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Justin tidak pernah mengheluh tentang keuangan yang dimilki oleh ibunya. Ketika kecil ibu dan ayah Justin mengalami perceraian sehingga Justin hidup oleh ibunya. Ketika di sekolah, semua anak selalu memakai baju yang baru Justin tidak pernah meminta baju kepada ibunya, dia tidak ingin merepotkan sang ibunya. Sang ibu sering membawa Justin ke gereja. Justin mampu memainkan beberapa alat musik. Justin belajar memainkan drum pada usia dua tahun dan dia sangat piawai pada usia sehijau itu. Tetapi itu bukanlah drum sungguhan. Justin berimprovisasi dengan memukulkan ketuka-ketukan itu kepada barang-barang rumah tangga. Lalu ketika Justin berusia empat tahun, sang ibu barulah membelikan drum sungguhan. Peralatan drum tidaklah murah, namun gereja setempat membantu dengan biayanya. Ketika itu sang ibu sering memvideo Justin yang sedang memainkan drum dan sang ibu menguploadnya ke sebuah saluran youtube. Ketika itu Justin mengikuti sebuah kompetisi menyanyi di Stratford. Di kompetisi itu Justin sampai memasuki babak tiga besar. Namun Justin tidak memenangkan kompetisi itu. Hal itu tidak mematahkan semangat Justin untuk bergelut dalam dunia menyanyi. Sang ibu terus mengupload video-video menyanyi Justin ke Youtube. Hingga pada akhirnya seorang yang tidak dikenalnya pun menghubungin ibu Justin. Scooter Braun adalah orang yang menghubungin ibu Justin. Braun tertarik dengan bakat yang dimiliki oleh Justin. Namun sang ibu tidak begitu saja langsung menandatangin kontrak dengan Braun. Braun terus berusaha agar sang ibu mau menandatangi kontrak dengannya. Sampai akhirnya sang ibu pun setuju dan ikut dengan Braun. Ketika itu Justin diperebutkan oleh dua artis terkenal yaitu Usher dan Justin Timberlake. Namun akhirnya Justin memilih bersama Usher. Bersama Usher lah Justin menjadi terkenal seperti sekarang. Dengan ketenaran itu dia tidak menjadi sombong, dia tetap memiliki sifat yang sama seperti ketika dia belum terkenal. Single 'One Time' lah yang membuat nama Justin Bieber begitu terkenal hingga seluruh penjuru dunia. Dan berkat single itu Justin dapat berkeliling dunia dan hidup dengan layak. Itu semua berkat usaha yang terus dilakukan oleh Justin. Dia tidak pernah berputus asa untuk mencapai impiannya tersebut.

Hal-hal Menarik:
  1. Justin pernah mengamen untuk membantu sang ibu membiayai kebutuhan hidupnya
  2. Justin tidak pernah mengeluh tentang keuangan yang dimiliki oleh ibunya. Dia tidak pernah meminta sang ibu untuk membelikannya pakaian baru dimana ketika itu teman-temannya memiliki pakaian yang baru
  3. Justin selalu berterima kasih kepada para penggemarnya karena menurut tanpa penggemar dia bukanlah apa-apa
  4. Justin selalu bersikap rendah hati dan tidak sombong
  5. Mendapat penghargaan dalam Grammy Award
  6. Bernyanyi di White House
  7. Mendapat Platinum untuk single One Time di Kanada


Hal-hal yang bisa diteladani:
  1. Tidak pernah putus asa dan mengeluh dengan keadaanya yang dialami
  2. Selalu bersikap rendah hati walaupun sudah memiliki kehidupan yang layak
  3. Selalu menghargai barang-barang yang dikasih oleh penggemarnya
  4. Tidak ingin melihat penggemarnya terluka ketika menonton aksinya dan peduli terhadap semua penggemarnya
Kata-kata menarik:

"Kau bisa melakukan apa pun kalau kau mengusahakannya. Aku tumbuh besar di bawah garis kemiskinan. Aku tidak punya sebanyak yang orang lain punya. Aku rasa itu membuatku menjadi orang yang lebih kuat. Itu membangun karakterku."

"Tantangan keuangan apapun yang dihadapi oleh ibunya, Justin tidak pernah kekurangan rasa terima kasih dan sayang kepada pengabdian ibunya."

"Justin selalu menjadi karakter yang rendah hati. Dia berpegangan kepada sifat hebat ini sepanjang jalan bangkitnya ke puncak."

"Kalau kau terus menikmati apa yang sedang kau lakukan, hal-hal hebat bisa terjadi."

"Tetaplah rendah hati dan tetaplah di jalan yang benar, maka tidak ada yang mustahil."

"Ikuti mimpimu... kau bisa melakukan apa pun yang kau usahakan."





Rabu, 28 November 2012

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK 
NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE
Oleh : Annisha Fadhilla

A. UNSUR INTRINSIK

Tema
 Tema Novel Hafalan Shalat Delisa adalah Perjuangan Seorang Anak Kecil dalam Menghafal Bacaan Shalat.

 Penokohan
Tokoh-tokoh dan watak dalam novel Hafalan Shalat Delisa, yaitu

1. Delisa
  •  Pantang Menyerah ( Badannya terus terseret. Ya Allah, Delisa ditengan sadar dan tidaknya ingin sujud... Ya Allah, Delisa ingin sujud dengan sempurna. Delisa sekarang hafal bacaannya... Delisa tidak lupa seperti tadi shubuh (Hafalan Shalat Delisa, hal. 71))
  • Penyayang ("Delisa.... D-e-l-i-s-a cinta Ummi... Delisa c-i-n-t-a Ummi karena Allah (Hafalan Shalat Delisa, hal. 53))
2.  Ummi Salamah
  • Rendah Hati ("ah nggak usah. Biar saya bayar penuh Koh Acan!" (Hafalan Shalat Delisa, hal. 19))
  • Sabar ("Bukan, sayang... Kan kita udah janji, kamu nggak akan pegang kalungnya sebelum kamu hafala seluruh bacaan shalat! sebelum lulus dari ujian Ibu Guru Nur (Hafalan Shalat Delisa, hal. 22))
  • Perhatian ("Kamu kenapa, sayang?" ; "Kamu sakit?" (Hafalan Shalat Delisa, hal. 27))
3. Kak Fatimah
  • Tegas (" Ais, kamu memangnya nggak bisa bangunin delisa nggak pakai teriak-teriak apa?" (Hafalan Shalat Delisa, hal.2))
  • Sabar (" Delisa bangun, sayang... Shubuh!" (Hafalan Shalat Delisa, hal 2))
4. Kak Aisyah
  • Keras Kepala (" Yee, Delisa jangankan digerak-gerakkan kencang-kencang, speaker meunasah ditaruh di kupingnya saja, ia nggak bakal bangun-bangun juga." (Hafalan Shalat Delisa, hal. 2)
  • Egois ("Makanya kamu cepetan menghafal bacaannya.... bikin repot saja!" (Hafalan Shalat Delisa, hal. 8))
  • Iri ("Kenapa Delisa dapat kalung yang lebih bagus! kenapa kalung Delisa lebih bagus dibandingkan dengan kalung Aisyah... lebih bagus dari kalung Zahra... kalung Kak Fatimah." (Hafalan Shalat Delisa, hal.32))
5. Kak Zahra
  • Sabar ("Iya! Tapi kamu nyarinyakan bisa lebih pelan sedikit? Nggak mesti merusak lipatan pakaian yang lainkan?" (Hafalan Shalat Delisa, hal.49))
6. Ustadz Rahman
  • Pengetian ("Biar nggak kebolak-balik kamu mesti menghafalnya berkali-kali... Baca berkali-kali... nanti nggak lagi! Nanti pasti terbiasa." (Hafalan Shalat Delisa, hal.38))
 7. Abi Usman
  • Pengertian ("Tentu saja Delisa bisa menghafalnya kembali. Insya Allah jauh lebih cepat sekarang... Kan, Delisa pernah menghafal sebelumnya (Hafalan Shalat Delisa, hal.151))
  • Perhatian ("Bagaimana sayang, apakah Delisa sudah merasa baikan?" (Hafalan Shalat Delisa, hal. 226))
 Latar
1. Latar Tempat
  • Lhok Nga 
menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih gelap (Hafalan Shalat Delisa, hal.1)
  • Kamar Rawat
Shopi melangkah keluar kamar, entah mengambil apa (Hafalan Shalat Delisa, hal.132)
  • Hutan
Sersan Ahmed berlari menuju semak belukar tersebut. (Hafalan Shalat Delisa, hal.109)
  • Tenda darurat
Delisa menatap tenda-tenda yang berjejer rapi tersebut (Hafalan Shalat Delisa, hal.156)

2. Latar Waktu
  • Pagi hari
Adzan shubuh dari meunasah terdengar syahdu (Hafalan Shalat Delisa, hal.1)
Cahaya matahari menyemburat dari balik bukit yang memagari kota (Hafalan Shalat Delisa, hal.5)
  • Siang hari
Sinar terik matahari mengembalikan panca-indranya (Hafalan Shalat Delisa, hal.92)
  • Sore hari
Matahari bergerak menghujam bumi semakin rendah. Jingga memenuhi langit (Hafalan Shalat Delisa, hal.46)
  • Dini Hari
Malam ketiga ketika Delisa terbaring tak berdaya. Pukul 02.45 (Hafalan Shalat Delisa, hal.112)

3. Setting Suasana
  • Ramai
Pasar Lhok Nga ramai sekali. Hari Ahad begini. Semua seperti sibuk berbelanja (Hafalan Shalat Delisa, hal.19)
  • Senang
"Delisa boleh pilih kalungnya sendiri, kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau, seperti punya Kak Aisyah!" (Hafalan Shalat Delisa, hal.17)
  • Sedih
Sungguh semua hancur. Sungguh semuanya musnah. Ya Allah, kami belum pernah melihat kehancuran seperti ini. Kota ini tak bersisa, kota ini luluh lantak hanya meninggalkan berbilang kubah masjid, kota itu menjadi cokelat, kota ini tak berpenghuni lagi. Kota ini! Kota itu! (Hafalan Shalat Delisa, hal.81)

Alur
Alur yang ada dalam novel "Hafalan Shalat Delisa", yaitu alur maju. Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut :
  • Pengenalan/ awal cerita
Awal cerita dalam novel ini didahului oleh sebuah keluarga yang memiliki seorang anak bernama Delisa. Delisa adalah anak kecil berumur 6 tahun yang sedang berusaha menghafal bacaan shalatnya. Delisa selalu susah untuk menghafal bacaan shalatnya. Setiap shalat Kak Aisyah membaca keras-keras bacaan shalatnya agar Delisa lebih mudah untuk menghafal bacaan shalatnya. Kak Aisyah selalu menjahili Delisa. Abi Delisa bekerja di pertambangan minyak sehingga Abi Delisa pulang 1 bulan sekali.
  • Timbulnya konflik / titik awal pertikaian
Awal pertikaian ditunjukan ketika delisa akan dibelika kalung oleh ibu sebagai hadiah telah menghafal bacaan shalatnya. Namun kalung yang delisa beli berbeda dengan kalung yang dibelikan ibu kepada kakak-kakaknya. Hal tersebut membuat Kak Aisyah merasa cemburu atau iri terhadap kalung yang dibelikan ibu kepada Delisa
  • Puncak konflik/titik puncak cerita
Titik puncak certita adalah ketika Delisa sedang menjalani tes hafalan bacaan shalat oleh Ibu Guru Nur. Ketika itu tiba-tiba saja kota Aceh dilanda gempa yang sangat kuat. Gempa itu berskala 9.1 SR. Delisa yang sedang tes tetap melanjutkannya, tidak peduli kondisi sekitar seperti apa. Padahal semua murid yang sedang menunggu giliran sudah berhamburan keluar sekolah. Namun Ibu Guru Nur tetap setia menemani Delisa. Setelah gempa mereda, air laut seketika naik sangat tinggi, menyebabkan para nelayan berlari kesana-kesini. Ternyata gempa itu disertai dengan tsunami. Air dengan arus yang sangat dahsyat menerjang tubuh mungil Delisa yang sedang menjalani tes. Abi yang tau berita ini lewat televisi, langsung meminta cuti ke bosnya untuk kembali ke aceh dan segera mengetahui kondisi keluarganya. Namun ketika Abi sampai di Aceh, dia mendapat berita yang menyedihkan. Abi di beritahu oleh Koh Acan bahwa semua anggota keluarganya telah meninggal. Hanya tinggal Delisa sajalah yang sampai saat ini belum ditemukan juga.
  • Antiklimaks
Antiklimaks dalam novel ini ketika Delisa telah merelakan kepergian seluruh anggota keluarganya kecuali Abi. Delisa tidak akan pernah membahas Ummi didepan Abi. Delisa tidak ingin membuat Abi sedih. Dan semenjak kejadian itu Delisa lupa akan semua hafalan shalat yang pernah ia hafal. Delisa berusaha untuk menghafalnya lagi namun hal terserbut malah semakin sulit untuk dihafal.
  • Penyelesaian Masalah
Pada akhirnya, Delisa tersadar hal apa yang dapat membuat lupa akan hafalan shalatnya itu. Hal itu adalah Delisa menghafal bacaan shalatnya hanya demi mendapat kalung dari Ummi. Delisa menghafal bacaan shalatnya agar mendapat imbalan dari Ummi. Dan sekarang Delisa sudah dapat mengingat seluruh hafalan shalatnya karena Delisa memiliki satu niat, yaitu ikhlas dalam melakukan apapun dan jangan mengharapkan suatu imbalan.

Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut, yaitu sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama tokoh-tokoh pemeran dalam novel tersebut, dimana seakan-akan pengarang begitu mengerti perasaan yang dialami tokoh dalam cerita.
"Ummi Salamah terpana. Ya Allah, kalimat itu sungguh indah. Ya Allah... kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika" (Hafalan Shalat Delisa, hal.53)

Gaya Bahasa
  • Gaya Hiperbola
"Ya Allah... kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika" (Hafalan Shalat Delisa, hal.53)
"Ya Allah, tubuh itu bercahaya. Tubuh yang ditatapnya bercahaya. Berkemilauan-menakjubkan. Lihatlah! lebih indah dari tujuh pelangi dijadikan satu" (Hafalan Shalat Delisa, hal.108)
  • Gaya Personifikasi
"Gelombang tsunami sudah menghantam bibir pantai" (Hafalan Shalat Delisa, hal.70)
"Terlambat, gelombang itu menyapu lebih cepat" (Hafalan Shalat Delisa, hal.70)
  • Gaya Metafora
"Pohon-pohon bertumbangan bagai kecambang tauge yang akarnya lemah menunjang" (Hafalan Shalat Delisa, hal.70)

Amanat
Amanat yang dapat diambil dari novel ini adalah apabila kita memiliki kemauan pasti ada jalannya. Kalau kita ingin mencapai suatu harapan hanya untuk sebuah imbalan itu percuma, karena hal yang kita lakukan tersebut tidak berasal dari hati kita sendiri tapi berasal dari nafsu kita untuk mendapat imbalan tersebut. Sebaiknya kita melakukan apapun sesuai dengan hati kita, jangan pernah mengharapkan suatu imbalan apapun terhadap perkejaan atau suatu harapan yang kita inginkan. Dan satu lagi sebaiknya kita juga melakukan apapun dengan hati yang lapang dan ikhlas.

B. UNSUR EKSTRINSIK
  • Budaya
Budaya yang ada di dalam novel ini adalah ketika semua anak Ummi Salamah telah lulus dalam hafalan membaca shalatnya maka sebagai hadiahnya, Ummi membelikan sebuah kalung sebagai hadiahnya. Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut :

"Delisa boleh pilih kalungnya sendiri, kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau, seperti punya Kak Aisyah!" (Hafalan Shalat Delisa, hal.17)
  • Agama 
Dalam novel ini nilai agama yang terkandung sangat kuat, karena semua anak-anak Ummi Salamah diwajibkan menghafal bacaannya shalatnya dan diwajibkan untuk shalat sesuai dengan waktunya. Semua anak Ummi Salamah belajar mengaji di TPA bersama Ustadz Rahman. Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut :

" Delisa bangun, sayang... Shubuh!" (Hafalan Shalat Delisa, hal 2)

Sabtu, 13 Oktober 2012

Resensi Novel

Judul               : Hafalan Shalat Delisa
Pengarang       : Tere Liye
Penerbit          : Republika
Tahun terbit     : 2008
Tebal Buku     : 270 halaman
Harga             : Rp 46.000


PENDAHULUAN :

Tere Liye salah seorang penulis berbahasa Indonesia. Lahir pada tanggal 23 Mei 1979 dan sudah menulis 14 novel.

Berikut ini adalah beberapa karyanya :

1. Kisah Sang Penandai
2. Ayahku (Bukan) Pembohong
3. ELIANA, Serial Anak2 Mamak 
4. Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin
5. PUKAT, Serial Anak2 Mamak
6. BURLIAN, Serial Anak Mamak
7. Hafalan Shalat Delisa
8. Moga Bunda Disayang Allah
9. Bidadari-bidadari Surga 
10. Rembulan Tenggelam di Wajahmu
11. Senja Bersama Rosie
12. Mimpi-mimpi si Patah Hati
13. Cintaku Antara Jakarta & Kualalumpur
14. The Gogons Series 1

Resensi Novel :

Novel ini menceritakan Delisa seorang gadis berumur 6 tahun yang tinggal di Lhok-Nga Aceh bersama Ummi Salamah, kak Fatimah, kak Zahra dan kak Aisyah. Sedangkan Abi Usman jarang berada dirumah karena ada pekerjaan yang mengharuskan abi Usman pergi dari satu kota ke kota yang lainnya.

Keluarga kecil  tersebut hidup dengan sangat bahagia dan harmonis. Setiap pagi, Ummi Salamah selalu membangunkan malaikat kecil untuk shalat subuh berjamaah. Kak Zahra dan Kak Fatimah yang biasanya membangunkan Delisa untuk shalat, karena Delisa sangat sulit bangun pagi.

Setiap shalat berjamaah, Ummi Salamah selalu menjadi iman dan kak Aisyah selalu mendapatkan tugas untuk membaca bacaan shalat dengan keras agar Delisa dapat mengikuti bacaan shalat tersebut. Pagi hari setelah matahari terbit dengan cantiknya di Lhok-Ngah, Aceh Ummi Salamah berjanji memberikan kalung apabila Delisa berhasil menghafal bacaan shalat dengan khusyu.

26 Desember 2004
Namun, ketika Delisa sedang menghafal bacaan shalat tersebut tiba-tiba gempa datang lalu disusul dengan datangnya air laut yang pada saat itu langsung meluluhkan kota Lhok-Ngah hanya dalam beberapa menit. Awalnya Delisa mengabaikan gempa dan air yang tiba-tiba datang ke sekolah tersebut. Delisa ingin menyempurnakan bacaan shalatnya saat itu juga. Delisa ingin khusyu shalat kepada Allah karena selama shalat Delisa tidak pernah khusyu.

Setelah bencana tersebut berhasil menyapu seluruh kota Lhok-Ngah, banyak warga yang hilang termasuk seluruh keluarga Delisa. Ummi Salamah, Kak Fatimah, Kak Zahra & Kak Aisyah pun ikut tewas dalam bencana tersebut. Sedangkan Delisa hilang tersapu oleh derasnya ombak tsunami yang datang.

Selama dua minggu terbaring lemah diantara semak-semak. Ketika itu Delisa terbaring di sebelah mayat Tiur. Tiur adalah sahabat Delisa. Sebelumnya ketika Delisa tidak sadarkan diri Delisa bermimpi. dia berada di sebuah taman yang sangat indah. Di taman ada sebuah gerbang. Ketika itu Delisa duduk di sebuah kursi dekat gerbang itu. Selagi Delisa duduk di kursi itu, Delisa melihat Ummi, Kak Fatimah, Kak Aisyah, Kak Zahra dan Tiur memasuki gerbang tersebut. Delisa ingin masuk ke gerbang itu namun tidak bisa. Delisa tidak bisa bangkit dari tempat duduknya dan dia pun berteriak, walaupun teriakannya itu tidak dapat di dengar oleh siapapun disana.

Setelah beberapa hari Delisa dikabarkan hilang, tim SAR yang membantu mengevakuasi kota Lhok-Ngah menemukan Delisa dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Delisa dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa. Tak lama Delisa diperiksa oleh suster Shopia, Delisa pun sadar dan mengetahui bahwa kakinya harus diamputasi.

Abi Usman yang mengetahui bencana yang terjadi di Aceh, langsung buru-buru pulang untuk mencari keluarga kecilnya tersebut. Abi Usman mengambil jatah cutinya entah untuk berapa lama. Setelah lalu lalang mencari keluarganya, sang tetangga yang bernama Koh Acan memberitahu bahwa Ummi Salamah, Kak Fatimah, Kak Zahra & Kak Aisyah sudah tewas dalam bencana. Abi Usman menangis terisak mendengar kabar buruk itu. Sang tetangga juga memberi tahu bahwa Delisa hilang ketika tsunami terjadi hari minggu pagi tersebut. Abi Usman masih mempunyai semangat untuk mencari satu malaikat kecilnya yang mungkin saja masih hidup pada saat itu.

Beberapa hari abi Usman mencari Delisa, akhirnya abi Usman berhasil menemukan Delisa setelah melihat berita di tv. Tanpa pikir panjang, abi Usman langsung menghampiri Delisa dan bersyukur melihat Delisa selamat dari kejadian itu. Ketika Delisa sadar, Delisa langsung menanyakan dimana keberadaan Ummi, Kak Fatimah, Kak Aisyah, Kak Zahra serta Ibu Guru Nur. Namun Abi bingung harus menjawab apa. Abi tidak tega kalau harus menyatakan bahwa Ummi, Kak Fatimah, Kak Zahra, Kak Aisyah dan Ibu Guru Nur sudah meninggal. Namun setelah beberapa minggu setelah tsunami di Aceh, Delisa menemukan mayat Ummi Salamah.

Saat itu, Delisa tersadar bahwa keikhlasan lah yang mampu membuat Delisa mampu menghafal bacaan shalat. Bukan untuk kalung tersebut namun untuk mendoakan umi Salamah, kak Fatimah, kak Zahra & kak Aisyah di surga.

Menurut saya novel ini bagus untuk dibaca karena disini diceritakan perjuangan seorang anak kecil yang ketika itu belum dapat menghafal seluruh bacaan shalatnya. Ketika itu sang ibu pun berkata bahwa kalau Delisa hafal bacaan shalatnya maka ia akan dibelikan kalung. Setelah sang ibu berkata seperti itu Delisa pun jadi terpacu untuk menghafal bacaan shalatnya lebih giat. Namun semua itu berubah ketika gempa tsunami melanda Aceh. Sang ibu meninggal terbawa arus sungai dan ketika itu Delisa selamat. Ketika itu pula semua hafalan shlata yang pernah dihafalnya hilang. Dia tidak ingat apapun tentang hafalan shalat tesebut. Namun akhirnya dia sadar apa hal yang membuatnya lupa akan semua bacaan shalat tersebut. Hal tersebut adalah dia menghafalkan bacaan shalat hanya karena hadiah, bukan keinginan dari hati. Kalau kita menginginkan sesuatu dari hati kita sendiri maka itu akan lebih mudah, kalau bukan dari hati maka hal yang kita inginkan itu akan menjadi hilang. Selain itu didalam melaksanakan suatu hal harus dilandaskan dengan keikhlasan agar apapun yang kita lakukan diridhai oleh Allah swt. 

Menurut saya kelemahan dari novel ini adalah awal dari alur yang menurut saya tidak menarik namun di semakin kebelakang alur tersebut semakin menarik dan menjadi sebuah teka-teki apakah diakhir Delisa mampun menghafal bacaan shalatnya atau tidak. Dan saya merekomendasikan kalian semua untuk membaca novel ini :D

Minggu, 26 Agustus 2012

kata baku dan tidak baku

20 kata baku dan tidak baku :

1. aktif = aktip
2. ambulans = ambulan
3. analisa = analisis
4. andal = handal
5. anggota = angauta
6. antre = antri
7. apotik = apotek
8. asas = azas
9. atlet = atlit
10. bus = bis
11. berpikir = berfikir
12. cabai = cabe, cabay
13. cenderamata = cinderamata
14. daftar = daptar
15. definisi = difinisi
16. depot = depo
17. detail = detil
18. diagnosis = diagnosa
19. diferensial = differensial
20. dipersilakan = dipersilahkan

Senin, 02 Januari 2012

masuk sma

udh lama ga nulis blog. oh iya gue skrg sma di insan cendekia bsd. awalnya gue OGAH banget masuk ic soalnya itu boarding school gt dan masih angkatan pertama. gue masuk ic itu terpaksa soalnya gue ga keterima sma dimana-mana, cuman di ic doang gue keterima. jd mau ga mau gue masuk ic dong. setelah gue masuk gue ga kenal siapa2 disana. semuanya anak baru dan ga ada yg gue kenal satupun disana, so gue pun kenalan. gue sekamar sama gina, asa, dan salsa. awalnya mereka semua diem2 banget jd gue pun ikt diem dong kan ga lucu klo gue heboh tp mereka diem haha. hari pertama itu gue dibangunin jam 4.00 buat solat subuh. gilee itu pagi banget dan mata gue masih ngantuk abis dan ke mesjid kudu pake rok ga boleh pake celana. awalnya gue ga terbiasa sama bangun pagi tp lama2 kebiasaan juga sih. tp setelah gue pikir2 di ic itu enak kok ya walaupun ada yg ga enaknya sih. ga enaknya itu terlalu banyak peraturan jd dikit-dikit kena hukuman deh. ga ikt solat jamaah dihukum, bangun telat dihukum yaah pokoknya apapun kesalahannya pasti dihukum. oh iya di ic tuh ga boleh bawa hp, awalnya sih gue ga terbiasa secara gue dirumah megang hp gitu trs tbtb ga megang hp tuh kayak ada yg aneh aja. trs nonton tv ada waktunya, kalo dirumah mah suka2 gue dah mau nonton kapan aja. apapun yang gue lakukan dirumah itu ga dilakukan di ic. disana pu gue pernah homesick alias kangen rumah haha.

Rabu, 22 Desember 2010

Aduuuh liburan kali sama aja kayak liburan sebelum2nya, yaitu ga pergi kemana-mana -_- paling klo pergi pun ke bandung. Haduuhh bosannyaa liburan ke bandung muluu. Trs skrg dirumah sepi lagi sodara-sodara gue udh pada pulang padahal pas ada mereka rumah gue kayanya rame gituu tp stlh mereka pulang jd sepi deh :( kerjaan gue dirumah nonton tv mulu ampe bosen gue wkwk. Paling klo jalan pun ama mamake dan itu ga lama. Aaa coba sodara2 gue masih disini dan klo bisa disini aja ga usah balik ke jogja heheh kan bakal seru tuh hohoh. Rumah sepi tuh ga enak bingung mau ngapain dirumah mending gue sklh deh ada kerjain daripada liburan cuma dirumah aja hehehe
Hai udh lama nih ga nulis blog hoho.. Masa yaa gue dulu tuh belom pernah ngerasain patah hati, diphpin dsb. Dulu gue tuh pengen tau apasih rasanya diphpin masalahnya temen2 gue tuh udh pernah ngerasain sedangkan gue blm. Tp skrg gue udh ngerasain patah hati. Ternyata ga enak ya rasanya. Ya walaupun pas gue ngerasain itu gue emg udh ga suka sama orgnya tp adalah sedikit rasa sakit hati hahah. Ternyata ga suka sama org itu enak banget yaa sama sekali ga ada beban gituu hahahah